MINYAK ATSIRI SEBAGAI BIOINSEKTISIDA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

Oleh:

Woro Anindito Sri Tunjung dan Nadyatul Khair

            Demam Berdarah (DBD), mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan nama penyakit ini. Ya, DBD merupakan salah satu penyakit menular yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, termasuk Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk tersebut adalah menggunakan anti-nyamuk berupa insektisida. Namun demikian, insektisida yang beredar di pasar umumnya mengandung Dietil Toluamida (DEET). Senyawa ini merupakan bahan kimia sintetis yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Penggunaan DEET dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti ensefalopati pada anak-anak, sindrom urtikaria, anafilaksis, hipotensi, dan penurunan denyut jantung  (Peterson and Coats, 2001). Oleh sebab itu perlu ditemukan anti-nyamuk alternatif yang rendah efek sampingnya.

Anti-nyamuk alami berupa bioinsektisida diketahui lebih aman digunakan dan lebih ramah lingkungan dibandingkan DEET. Ada banyak tanaman yang minyak atsirinya mengandung senyawa bioaktif anti-nyamuk. Minyak atsiri adalah metabolit sekunderyang terkandung di dalam organ tanaman, yang sifatnya volatil (mudah menguap) dan berbaukhas. Minyak atsiri dapat diperoleh melalui proses distilasi(Thamilvanan, 2013). Distilasi merupakan teknik pemisahan senyawa berdasarkan tingkat volatilitasnya.

Minyak atsiri yang berasal dari sereh wangi (Cymbopogon nardus) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix) terbukti bersifat toksik terhadap nyamuk  A. aegypti. Hal ini sehubungan dengan aktivitas insektisida dari senyawa terpenoid yang dikandungnya (Azmatullah et al., 2003).Kedua jenis minyak atsiri tersebut diketahui memiliki kandungan terpenoid yang mirip, yaitu sama-sama mengandung sitronelal dan limonen (Wardani, 2009; Nararak et al., 2016). Senyawa-senyawa tersebut memang memiliki aktivitas insektisida yang kuat, bahkan sitronelal sudah banyak diaplikasikan dalam industri obat nyamuk di Amerika Serikat.

Sifat minyak atsiri yang volatil memungkinkan senyawa bioaktif yang dikandungnya untuk berinteraksi langsung dengan odor receptors (ORN) nyamuk. Interaksi tersebut akan mengganggu indera penciuman nyamuk sehingga mampu mengusir nyamuk. Adapun senyawa bioaktif yang terhirup oleh nyamuk menyebabkan efek neurotoksik yang berujung pada kematian. Senyawa tersebut menghambat kerja neurotransmiter yang berperan dalam penghantaran sinyal pada sel-sel saraf. Ada tiga jenis neurotransmiter yang aktivitasnya dihambat oleh senyawa bioaktif anti-nyamuk, yaitu asetilkolin, oktopamin, dan asam gama-aminobutirat. Hal tersebut menyebabkan sel-sel saraf nyamuk terus-menerus terdepolarisasi sehingga menimbulkan gejala berupa hiperaktivitas, kekejangan, dan tremor pada nyamuk. Akibat terdepolarisasi secara kontinu, pada akhirnya sel-sel saraf akan berhenti bekerja sehingga terjadi ketidakseimbangan koordinasi yang berujung pada paralisis (kelumpuhan) hingga kematian (Mossa, 2016).

Tingkat toksisitas suatu minyak atsiri dapat dinyatakan dalam nilai LC (Lethal Concentration), yang meliputi LC50 dan LC90. Nilai LC50 dan LC90 secara berturut-turut menunjukkan konsentrasi minyak atsiri yang dibutuhkan untuk membunuh 50% dan 90% dari total populasi nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian kami, diketahui bahwa aerosol minyak atsiri tanaman sereh wangi memiliki nilai LC50 7,75 ± 2,60%, dan LC90 13,06 ± 1,70% terhadap nyamuk A. Aegypti sedangkan aerosol minyak atsiri daun jeruk purut memiliki nilai LC509,41 ± 0,58%, dan LC90 17,67 ± 1,30%. Kedua minyak atsiri ini memiliki nilai LC50 dan LC90 yang terbilang rendah (<20%) sehingga dapat digunakan sebagai bioinsektisida yang efektif.

Teteskan minyak atsiri di air dalam diffuser. Aroma wangi dari minyak atsiri akan menyebar ke seluruh ruangan. Selain mempunyai efek aroma terapi untuk penghuni kamar, senyawa volatil minyak atsiri juga dapat mengusir bahkan membunuh nyamuk secara alami. Gunakan variasi beberapa minyak atsiri untuk mencegah resistensi nyamuk. Hal ini karena senyawa volatil dari masing-masing minyak atsiri memliki cara kerja yang berbeda sebagai bioinsektisida. Jadi kita dapat menikmati berbagai aroma yang berbeda dan efek toksiknya dapat bertahan lama terhadap nyamuk.

Sumber Referensi:

Azmathullah, N. Md., S. Asrar, and M. Sultan. 2013. Phytochemical Screening of Calotropis procera Flower Extracts and Their BioControl Potential on Culex sp. Mosquito Larvae and Pupae. International Journal of Pharmaceutical & Biological Archives.2 (6): 1718-1721.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 2. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Jakarta.

Mossa, A.H. 2016. Green Pesticides: Essential Oils as Biopesticides in Insect-pest Management. Journal of Environmental Science and Technology. 9 (1): 354-378.

Nararak, J., S. Sathantriphop, M. Kongmee, M.J. Bangs, T. Chareonviriyaphap. 2017. Excito

Repellency of Citrus hystrix DC Leaf and Peel Essential Oils Against Aedes aegypti

and Anopheles minimus (Diptera: Culicidae), Vectors of Human Pathogens. Journal of Medical Entomology. 54 (1): 178-186.

Thamilvanan, G. 2013. Distillation of ethanol from Sugar Molasses. Int J Med Biosci.  2 (1):33-35.

Wardani, 2009, Uji Aktivitas Minyak Atsiri Daun dan Batang Serai (Andropogon nardus L) Sebagai Obat Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.