Inisiasi Budidaya Ikan Wader Pari oleh Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, pengabdian yang berdampak Langsung Kepada Masyarakat
Oleh Bambang Retnoaji dan Bagas Lantip Prakasa
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
Tantangan besar Institusi perguruan tinggi negeri saat ini adalah penerapan salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Sejalan dengan Visi Universitas Gadjah Mada yaitu mengakar kuat, menjulang tinggi, pengabdian kepada masyarakat merupakan “anchor” yang wajib dilakukan untuk membuat UGM tetap mengakar kuat pada jati dirinya, sekaligus berprestasi di taraf internasional. Terutama untuk mengatasi persoalan-persoalan riil yang terjadi di masyarakat luas.
Data Dinas Kelautan dan Perikanan (2017) menunjukan bahwa usaha perikanan Indonesia sudah mulai di dominasi oleh ikan budidaya dan perbesaran yaitu ikan tangkap laut 6,603,631 Ton, perairan umum daratan 467,821 ton, dan usaha perbesaran 16,114,991 Ton. Namun demikian, menurut FAO (2008), kegiatan perikanan tangkap ini menghadapi permasalahan ekploitasi sumberdaya secara berlebihan. Sementara, pemanfataan sumberdaya perikanan yang ada masih terbatas. Data dari Ditjen perikanan tahun 2010, menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan air tawar lebih tinggi dari pada produksi ikan air laut. Adapun ikan air tawar yang sudah secara intensif di budidayakan adalah nila, gurame, dan lele, yang sudah cukup dikenal oleh semua lapisan masyarakat.
Namun demikian saat ini banyak dijumpai usaha kuliner yang menjual ikan dari hasil tangkapan di alam, yaitu ikan wader, yang dianggap mempunyai rasa yang lebih enak dan diminati banyak kalangan, sehingga tingkat permintaan ketersediaanya sangat tinggi. Tingginya permintaan terhadap ikan wader, menjadikan upaya eksploitasinya pun sangat tinggi. Eksploitasi yang terus menerus, belum diimbangi dengan upaya konservasi yang tepat, mengancam keberadaan ikan wader, yang saat ini sudah semakin jarang ditemukan. permasalahan inilah yang harus bisa diberikan solusi untuk menjaga kelestarian ikan wader pari sekaligus dapat di manfaatkan potensi ekonominya.
Permasalahan ini sudah menjadi concern tim penelitian Laboratorium Struktur dan Perkembangan Hewan (SPH) untuk mengambil peluang dan memberikan solusi bagi permasalahan tersebut. Laboratorium SPH, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada melakukan inisiasi Pengembangan dan Implementasi strategi budidaya ikan wader pari. Ikan Wader Pari yang memiliki nama ilmiah Rasbora lateristriata merupakan ikan asli Indonesia yang perlu dijaga kelestarianya.
Penelitian wader pari diawali tahun 2013 oleh tim penelitian yang terdiri dari staff pengajar laboratorium SPH dan di dukung oleh dana BOPTN Fakultas Biologi UGM tahun yang diketuai oleh Dr. Bambang Retnoaji, M.Sc. selanjutnya tahun 2014 dibentuk tim pelaksana lapangan yang dipimpin oleh Lutfi Nur Hidayat M.Sc., untuk memulai penelitian ikan wader pari. Penelitian pre-liminary studi ini berfokus untuk meneliti aspek biologis ikan wader pari, meliputi informasi biologi ikan wader pari dan perilakunya, yang kemudian mulai dikembangkan stategi budidaya ikan wader pari tersebut. Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan sampel ikan wader pari di sungai Baros, salah satu sungai di area Bantul, Yogyakarta, untuk kemudian dilakukan penelitian untuk budidaya masal ikan wader pari di laboratorium dan Lapangan.
Gambar 1. Sampling Ikan Wader di Sungai Baros, Bantul, Yogyakarta, 2013-2014, dan inisiasi budidaya di laboratorium SPH, F. Biologi, UGM.
Beberapa alasan mengapa ikan wader pari ini dipilih untuk pengembangan budidaya, yaitu karena ikan wader pari adalah ikan asli Indonesia, memiliki potensi ekonomi yang besar, masa pemeliharaaan yang relatif pendek 6-8 minggu, tidak memerlukan lahan yang luas untuk bertumbuh dan berkembang, dan sangat adaptif dengan lingkungan perairan lokal serta tahan terhadap perubahan lingkungan dan gangguan penyakit. Harga ikan wader pari cukup menjanjikan, harga ikan wader mentah saat ini menembus 30.000/Kg, sedangkan harga ikan wader goreng dalam kemasan mencapai 150.000 rupiah/kg dipasaran.
Pengembangan strategi budidaya ikan wader pari saat ini dipegang oleh Aquatic Research Group yang diprakarsai oleh Bapak Dr. Bambang Retnoaji M.Sc dengan mengumpulkan peneliti baik level Sarjana, Magister, maupun Program Doktoral yang memiliki minat penelitian pada bidang perikanan dan budidaya. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 2014 ini mengalami progress yang cukup signifikan. mulai dari pemeliharaan wild type fish, kemudian pemijahan, pengembangbiakan larva, pembesaran benih sampai menjadi indukan dalam skala laboratorium, kemudian dilanjutkan pada skala semi massal dengan kolam outdoor sampai kepada budidaya massal dengan menjalin kerjasama dengan beberapa petani lokal untuk membudidayakan ikan wader pari.
Gambar 2. Peta jalan pengembangan budidaya ikan wader pari.
Jalinan kerjasama antara laboratorium SPH dengan petani ikan lokal, yang biasa tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dilaksanakan dengan berbagai macam kegiatan seperti sosialisasi pengenalan budidaya ikan wader pari, pelatihan budidaya hingga distribusi indukan untuk aplikasi budidaya dilapangan serta monitoring dan evaluasi proses budidaya dilapangan. Beberapa GAPOKTAN yang sudah bekerjasama dengan Laboraotorium SPH antara lain: GAPOKTAN Handayani dari Kulon Progo, Mandiri Sejahtera dari Sleman dan kelompok Santan Mina Lestari.
Saat ini laboratorium Fakultas Biologi UGM, bermitra dengan Kelompok Tani Santan Mina Lestari yang diketuai oleh Bapak Sukidi, dengan didanai oleh dana pengabdian dari Kemenristek DIKTI tahun 2019, berhasil melakukan budidaya ikan wader pari skala masal. Saat ini dengan kemitraan ini, tim peneliti mampu melakukan pemijahan, pembesaran dan penyediaan larva, pembesaran dan penyediaan benih siap tebar. Pemeliharan dan penyediaan ikan siap panen usia satu sampai dua bulan, dan penyediaan indukan usia enam sampai delapan bulan.
Tindak lanjut dari penelitian, untuk pengembangan lanjut saat ini dilakukan sertifikasi pembenihan, yang sedang diajukan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sleman. Pengembangan budidaya ini harus memiliki standar sertifikasi utuk menjaga kualitas wader yang konsisten dari waktu-kewaktu.
Gambar 3. Panen Raya Pertama di Kolam Santan Mina Lestari
Jalinan kerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) ini mengawali rencana besar road map project pengembangan ikan wader pari di Area Yogyakarta. Kerjasama pertama dilakukan dengan mendistribusikan indukan hasil pembesaran di kolam pembenihan massal kepada beberapa balai pembenihan ikan (lembaga dibawah naungan DKP) seperti balai pembenihan di Bejiharjo, Cangkringan, dan Wonocatur. Beberapa Balai sudah memberikan dampak positif yang instan yaitu, ikan langsung dapat memijah tanpa ada kendala yang berarti. Tahap berikutnya tim peneliti dan DKP sedang membuat draft berkas-berkas yang harus dibutuhkan untuk sertifikasi budidaya di Kementrian Kelautan dan Perikanan. Selain itu tim peneliti beserta laboratorium SPH sedang menyusun draft M.O.U kerjasama dengan DKP provinsi untuk pengembangan budidaya ketingkat selanjutnya. Sehingga harapan bahwa ikan wader pari ini bisa menjadi trademark dari Fakultas Biologi UGM, dengan cara membuat seluruh petani ikan di Yogyakarta mau membudidayakan ikan wader pari perlahan-lahan bisa menjadi kenyataan.
Gambar 4. Proses pembuatan Keripik Wader, hasil panen dari budidaya lapang.
Pada akhirnya setelah program budidaya sukses yang harus dipikirkan selanjutnya adalah meningkatkan nilai jual ikan wader pari dari ikan segar seharga 30.000/kg sampai bisa dikonversi menjadi 120.000/kg dengan cara diolah menjadi keripik wader. Oleh karena itu iniasiasi kerjasama berikutnya yang dilakukan adalah kerjasama dengan pihak UMKM pembuat keripik ikan wader di derah Kulon Progo. Hasil Panen pertama kali ikan wader pari yang terjadi pada bulan juni 2019 telah didistribusikan langsung ke bapak purwanto dan diolah menjadi keripik wader yang memiliki rasa gurih dan renyah, berkualitas sangat bagus untuk konsumsi. Hasil inisiasi Teknik budidaya ikan wader pari ini menunjukan prospek budidaya ikan wader pari yang sangat menjanjikan kedepanya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!