INDIGO “SI EMAS BIRU” UNTUK PEWARNA TEKSTIL

Tanaman nila dengan nama ilmiah Indigofera tinctoria termasuk divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa Rosales, suku Leguminosae, marga Indigofera dan jenis Indigofera tinctoria Linn. (Naswati, 2009). Di Yogyakarta, tanaman ini banyak dijumpai di wilayah Kulonprogo dan Imogiri. Daun nila (Indigofera tinctoria) mengandung senyawa glukosida indican yang dapat dihidrolisis oleh air menjadi indoxyl dan menghasilkan warna biru alami pada kain (Song et al. 2010). Indigo yang yang dihasilkan oleh daun nila biasa disebut dengan emas biru Indonesia, sebagai warna yang eksotis. Namun, tidak semua pecinta tekstil, khususnya batik tertarik dengan warna alami indigo karena warna yang dihasilkan kusam atau tidak tajam. Salah satu penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayati, dkk (2016), adalah optimasi metode ekstraksi indigo agar menghasilkan warna yang tajam. Pada metode maserasi perlakuan waktu tidak berpengaruh terhadap kadar indigo namun perlakuan pH berpengaruh secara signifikan terhadap kadar indigo. pH 11 menghasilkan kadar indigo yang lebih tinggi dibandingkan pH 13. Perlakuan 12 jam pH 11 pada metode maserasi merupakan perlakuan paling optimal untuk menghasilkan warna biru yang tajam. 2. Pada metode perebusan perlakuan suhu dan pH berpengaruh signifikan terhadap kadar indigo. Perlakuan 80-90oC pH 11 pada metode perebusan merupakan perlakuan paling optimal untuk menghasilkan warna biru yang tajam.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.